Pada tahun kesebelas hijriah, Rasulullah SAW menurunkan perintah supaya menyiapkan bala tentara untuk memerangi tentara Romawi. Dalam pasukan tersebut terdapat para “senior” seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Abu "Ubaidah dan Sa‘ad bin Abi Waqqash dan Iain-lain. Rasullullah SAW mengangkat “usamah bin Zaid yang usianya beium mencapai dua puluh tahun untuk menjadi Panglima seluruh pasukan yang akan diberangkatkan. Rasulullah SAW memasang panji untuk “Usamah dengan tangan beliau sendiri dan memberinya instruksi-instruksi sebagai berikut:“Berangkatlah dengan nama Allah dan di jalan-Nya. Berjuanglah melawan musuh Allah. Seranglah orang Unba di pagi dini dan tempuhlah jarak ini dengan cepat agar Anda dan tentara Anda tiba di tempat itu sebeium kabar kedatangan Anda sampai kepada mereka".
Terpilihnya “Usamah sebagai komandan pasukan ternyata tidak memuaskan sebagai kaum muhajirin dan anshor. Mereka saling berkata, “Mengapa Nabi Muhammad SAW memilih pemuda itu, bukanlah kita memiliki tokoh-tokoh tua yang berpengetahuan dan berpengalaman dalam masalah perang?“Lalu perbincangan tersebut sampai terdengar oleh Nabi. Saat itu Junjungan Yang Mulia SAWsedang sakit keras.
Nabi sadar, dalam masa sakitnya, bahwa gerakan pasukan dari perkememahan sedang dihalangi, dan beberapa orang sedang menyeringai terhadap kepemimpinan “Usamah. ini sangat meresahkan Nabi Muhammad SAW. Dengan handuk di bahu serta sekerat kain pengikat kepala, beliau ke Masjid untuk berbicara kepada kaum Muslimin dari dekat dan memperingatkan mereka mengenai pelanggaran terhadap perintahnya.
Nabi sadar, dalam masa sakitnya, bahwa gerakan pasukan dari perkememahan sedang dihalangi, dan beberapa orang sedang menyeringai terhadap kepemimpinan “Usamah. ini sangat meresahkan Nabi Muhammad SAW. Dengan handuk di bahu serta sekerat kain pengikat kepala, beliau ke Masjid untuk berbicara kepada kaum Muslimin dari dekat dan memperingatkan mereka mengenai pelanggaran terhadap perintahnya.
Dalam keadaan panas yang tinggi, Nabi Muhammad SAW naik ke mimbar. Setelah memuji Allah Yang Maha Kuasa, Beliau mengatakan, “Wahai manusia! Saya sangat sedih karena penundaan keberangkatan tentara itu. Nampaknya kepemimpinan “Usamah tidak disukaioleh sebagian dari Anda, dan Anda pun mengajukan keberatan. Namun, keberatan dan pembangkangan Anda ini bukanlah yang pertama kali. Sebelum ini, Anda juga mengeritik kepemimpinan Zaid, ayah “Usamah. Saya bersumpah demi Allah bahwa ia pantas untuk jabatan ini, begitu pula putranya. Saya menyayanginya. Wahai manusia! Berlaku baikiahkepadanya. la salah seorang yang baik di antara Anda sekaiian."
Dengan itu, Nabi Muhammad SAW mengakhiri khotbahnya. Beliau turun dari mimbar, lalu pergi berbaring di ranjang dengan panas yang tinggi dan badan yang lemah. Beliau menganjurkan beruiang-ulang kepada para Sahabat senior yang datang menanyakan kesehatannya, “Gerakanlah tentara ‘Usamah! Dan kadang-kadang beliau berkata, “Berbabunglah dengan tentara 'Usamah!" atau, “Berangkatkanlah tentara ‘Usamah?’
Nabi Muhammad SAW mempertimbangkan dua hal ketika memilih seorang muda untuk menjadi kepala tentara dan menempatkan orang-orang yang lebih tua dari kalangan Muhajirin dan Anshor di bawah komandonya Pertama, beliau hendak menggembirakan ‘Usamah karena musibah yang menimpanya dengan gugurnya ayahnya di medan Perang Mu'tah, sekaligus mengangkat kepribadian dan kemampuannya. Kedua, beliau hendak menghidupkan pembagian kerja dan jabatan atas dasar kepribadian dan kemampuan, dan hendak menjelaskan bahwa jabatan kedudukan umum hanya menuntut kemampuan dan kecakapan, dan tidak ada kaitannya dengan usia. sehingga orang-orang muda dapat mempersiapkan diri untuk tugas-tugas yang penting.
Dapat dimengerti jika Nabi Muhammad SAW mempercayai ‘Usamah karena pada saat perangHunain ketika tentara muslim terdesak bahkan ada sebagian sahabat yang lari yang menjadipenyebab utama segala kekacauan dan kegemparan pada perang tersebut. Dan Rasulullah SAW merasa bahwa apabila keadaan itu dibiarkan, walaupun hanya sebentar, jalannya sejarah mungkin menjadi lain; pasukan syirik akan melumat tentara tauhid. Karenanya sambil menunggang keledainya, beliau sahabat berseru dengan suara nyaring, “Hai pembela Allah dan Nabi-Nya! Aku hamba Allah dan Nabi-Nya." Beliau mengucapkan kalimat itu lalu memalingkan keledainya ke medan pertempuran yang telah diduduki tentara Malik. Sekelompok orang yang siap berkorban, seperti ‘Abbas paman Rasululiah SAW, ‘Ali bin Abi Thalib, Fadhal bin ‘Abbas, Abu Sufyan bin Harits termasuk juga ‘Usamah bin Zaid, tak sudi membiarkan Nabi Muhammad SAW sendirian tanpa perlindungan, mereka pun maju bersama Nabi Muhammad SAW.
Pertempuran Hunain itu meninggalkan kesan yang menarik bagi diri Rasulullah SAW. Orang-orang yang berdiri di sekitarnya pada saat-saat sulit merupakan orang-orang yang teguh iman dan keberaniannya. Diantara orang-orang itu adalah ‘Usamah bin Zaid. Dengan jumlah kecil yang terdiri dari orang-orang yang berani tersebut. Rasulullah berhasil membalikkan kekalahan para sahabatnya menjadi kemenangan.Bayi ‘Usamah lahir di Mekah pada Tahun ketujuh sebelum hijrah ketika itu Rasulullah SAWsedang mengalami kesusahan dikarenakan tindakan kaum Quraisy yang menyakiti beliau, keluarganya juga sahabatnya.
Kesulitan dalam berda’wah menyebabkan beliau senantiasa harus bersabar Dalam suasana seperti itu, tiba-tiba seseorang mengabarkan, “Ummu Aimanmeiahirkan seorang bayi laki-laki." Wajah Rasuluilah SAW berseri-seri menarima kabar tersebut, bayi laki-iaki itu yang kita kenal sebagai ‘Usamah bin Zaid bin Haritsah. Para sahabat tidak merasa aneh bila Rasulullah SAW bersuka cita dengan kelahiran bayi tersebut. Karena mereka tahu kedudukan orangtuanya di sisi Rasulullah SAW. lbu bayi tersebut seorang wanita Habsyi yang diberkati dengan panggilan “ummu Aiman". UmmuAimanm adalah bekas sahaya ibunda Rasulullah SAW, Sayyidah Aminah. Dialahiyang mengasuhRasulullah SAW sewaktu kecil pada saat ibundanya Sayyidah Aminah hidup. Juga setelah lbundanya Wafat.Rasulullah SAW menyayangi Ummu Aiman sebagaimana iayaknya seorang anak kepadaibunya.
Sedangkan Bapaknya adalah Zaid bin Haritsah, laki-Iaki yang dikasihi Rasul. Zaid pemah diangkat sebagai anak oleh Rasulullah SAW sebelum ia Islam. Kehidupan Zaid diiringi dengan didikan Rasul mulia, juga menyaksikan secara langsung keteladanan akhlak Rasulullah SAW. Zaid menjadi sahabat Rasul yang kepadanya dipercayakan semua rahasia, Zaid termasuk orang yang dikasihi Rasul dalam Islam.Kaum muslimin pun ikut bergembira dengan kelahiran ‘Usamah melebihi kegembiraankelahiran bayi-bayi lainnya. Hal itu sangatlah wajar, karena apapun yang disukai RasulullahSAW maka kaum muslimin pun ikut menyukainya. ‘Usamah dipanggil oleh kaum muslimin dengan sebutan Al-Hibb wa Ibnil Hib, Kekasih Putera Kekasih. Kaum muslimin tidaklah berlebihan dengan memanggil ‘Usamah dengan panggilan tersebut‘ karena memang Rasuiuiiah SAW sangat menyayangi ‘Usamah.
Umur ‘Usamah sebaya dengan cucunda Rasul Hasan dan Husein putra Sayyidah Fatimah dan Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Sayyidina Hasan dan Husein berkuiit putih, tampan mirip dengan kakeknya Rasulullah SAW. Sedangkan ‘Usamah berkulit hitam sebagaimana Ibunya. Tetapi perbedaan itu sedikit pun tidak mengurangi kecintaan Rasululiah SAW terhadap ‘Usamah. Rasul sering memangku ‘Usamah bersanding dengan cucunya di pahanya.
Pernah suatu kali ‘Usamah tersandung pintu, sehingga keningnya luka dan berdarah. Rasulullah SAW menyuruh Aisyah untuk membersihkannya, tetapi Aisyah tidak mampu melakukannya. Karena begitu cintanya, Rasulullah SAW isap darah yang keluar dari luka ‘Usamah, kemudian beliau ludahkan. Setelah itu Rasulullah SAW membujuk ‘Usamah dengan Kata-kata yang menyenangkan hatinya, sehingga ‘Usamah merasa tentram, Saat ‘Usamah menginjak remaja, kemuiiaan pekerti dan keindahan sifatnya semakin terlihat. Sehingga pantaslah jika ‘Usamah disayangi Rasul ‘Usamah cerdik dan pintar, sangat pemberani, bijaksana pandai menempatkan sesuatu pada tempatnya. Tahu menjaga kehormatan, senantiasa menjauhkan diri dari perbuatan tercela, wara', mencintai Rasuiuliah SAW dan keluarganya, dan taqwa kepada Allah SWT.
Sewaktu perang Uhud, ‘Usamah datang beserta anak-anak sebayanya. Mereka ingin ikut berperang. Sebagian dari mereka diperkenankan Rasul untuk ikut dan sebagian Iagi tidak diperkenankan ikut. ‘Usamah termasuk anak yang tidak diperkenankan Rasulullah SAW untuk ikut perang. ‘Usamah sangat sedih, ia pulang sambil menangis karena tidak diperkenankan untuk ikut berperang bersama Junjungannya Rasulullah SAW di Uhud.
Pada perang Khandaq, ‘Usamah kembali beserta rombongannya anak-anak remaja menghadap Rasul untuk ikut berperang, ‘Usamah berdiri tegap di hadapan Rasuluiiah SAW supaya kelihatan lebih tinggi, agar beliau memperkenankan ikut berperang. Karena begitu menggebunya keinginan ‘Usamah untuk ikut berperang di jalan Allah, Rasulullah SAW yang bijaksana akhirnya memperkenankannya untuk ikut berperang. ‘Usamah pun menyandang pedang untuk berjihad, padahal saat itu ‘Usamah baru berumur lima belas tahun.
Ketika terjadi perang Hunain, tentara muslimin terdesak sehingga menjadi kacau balau. Tetapi ‘Usamah tetap bertahan bersama-sama dengan Ali bin Abi Thalib, ‘Abbas paman Nabi, Sufyan bin Harits, Fadhal bi’Abbas.
Dalam perang Mu’tah, ‘Usamah ikut berperang di bawah komando ayahnya, Zaid bin Haritsah. Ketika itu ia berumur sekitar delapan belas tahunan. Ayahnya gugur sebagai syuhada, yang disaksikan sendiri oieh ‘Usamah. Kemudian komando beralih ke tangan Ja‘farAbi Thalib, ‘Usamah tetap berjuang dengan penuh semangat. Hingga Ja’far pun meninggal sebagai syuhada. Lalu komando diarnbil alih oleh ‘Abduilah bin Rawahah. Yang juga kemudian gugur di medan pertempuran tersebut, menyusul kedua sahabatnya Zaid bin Haritsah dan Ja’far bin Abu Thalib. ‘Usamah tetap bertempur dibawah komando Khalid bin Walid. Hingga akhirnya kaum muslimin mampu melepaskan diri dari tentara Romawi walaupun dengan jumiah yang minim.
Pada tahun kesebelas Hijriah Rasulullah SAW hendak mengirimkan pasukan ke Romawi di bawah komando ‘Usamah, sebagaimana disebutkan di awal tulisan ini. Hingga Rasulullah SAW wafat keberangkatan pasukan tersebut ditangguhkan dengan berbagai alasan. Akhirnya setelah diangkatnya Abu Bakar sebagai khaiifah, baru pasukan yang dipimpin ‘Usamah diberangkatkan. ‘Usamah maju memimpin pertempuran dengan tetap melaksanakan semua amanat Rasulullah SAW kepadanya, sebelum Rasul kembali kehadirat Ilahi. Atas pertolongan Allah pasukan kaum muslimin memperoleh kemenangan besar. ‘Usamah kembali dengan rampasan perang yang banyak dan pasukan yang utuh.
‘Usamah bin Zaid sangat dihormati, karena keindahan akhlaknya yang mengikuti Rasulullah SAW, Beliau selalu memuliakan Rasulullah SAW dan keluarganya. Sebagai orang yang dicintai Rasul dan dipercaya Rasul, ‘Usamah memiliki tempat tersendiri di hati kaum muslimin. Satu ketika, Umar bin Khattab pernah diprotes oleh anaknya karena pemberian kepada ‘Usamah lebih besar daripada dirinya dengan alasan bahwa jasa Bapak ‘Usamah yaitu Zaid bin Haritsah tidakjauh berbeda dengan Khalifah Umar. Umar pun menjawab protes anaknya:
“Bapaknya lebih disayang oleh Rasulullah SAW daripada Ayahmu, dan Dia lebih disayangi Rasulullah SAW daripada Kamu"!
Hingga menjelang wafatnya tahun 54 H, ‘Usamah tetap dikenai sebagai orang yang shaleh dan berakhlak muiia. Semoga Allah merahmati sahabat yang dicintai oleh Rasulnya.
Demikian artikel mengenai cerpen Cerita Islami tentang sejarah Usamah Bin Zaid yang berjudul Inilah Pemuda Kesayangan Nabi SAW | Usamah Bin Zaid, jangan Lupa baca juga cerpen lainnya di blog kata estetika ini, semoga bermanfaat.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih telah berkunjung diblog Kata Estetika ini, silahkan tinggalkan komentar anda,