Beranda Teks Pidato Tata Bahasa Sastra Ceramah Khutbah Arti Kata Puisi

Kumpulan Puisi Karya Pemuda II (terbaru).

Masih dalam sebuah cerita Puisi dan dramatika bahasa serta apresiasi bahasa.
Beberapa puis dibawah ini adalah karya seorang Mahasiswa bernama Abu Bakar Lee Wintoro. (Ngawi)

TAK TERASA BEDA

Tak terasa beda
Rasa teduh pepohonan tempat kita
Udara yang kita hirup untuk pernapasan 

Dingin ataupun panas yang kita rasakan Sinar mentari, bintang, dan rembulan Terlihat sama dari tempat kita bukan ?

Tak ada yang berbeda bagi kita
Di mana rerumputan terlihat sama
Bergerak mengalun dengan indahnya
Nada dan irama kehidupan serta harmoni kita
Tidak kita dengar berbeda Sama indah sama merdunya Jadi kenapa kau terlihat sedih ?

Kita tak terlihat berbeda
Atas langit yang kita junjung
Dan bumi tempat kita berlindung Mata air kita mengalir dari gunung Jernih tak membiat kau bingung
Mari kita cuci lumut-lumut kebodohan
Dan kenapa kita tak mencoba melestarikan ?

Warna kulit dan balutan busana kita
Yang terlihat berbeda
Anugrah dari Tuhan, adil kita terima sama
Kendati doa kita  berbeda
Jadi cobalah kita untuk mensyukuri semua
a
KAPITALISME

Mereka bilang negeriku kaya
Sumber daya alam dan hutannya
Laut, samudra tempat mereka mencari ikan
Melimpah hasil sektor pertanian
Lumintu para pedagang pasar kaum pinggiran

Namun saat ini nol besar bagiku 

Jika kapitalis menguasai negeriku 
Nyanyian pedagang ikan tak lagi merdu 
Yang ada hanya ronta anak petani
Jeritan pedagang kecil menyayat hati

Siapa yang mengatakan negeri ini merdeka ? 

Terlebih kaya
Diskriminasi kasta masih jadi ukuran 

Persis seperti tempo dulu 
Kolonialisme membunuh harapan
Ber backingkan meriam dan senapan
Dan sekarang investor tak henti menikam
s
DIALOG PAGI INI
Surya memaksa awan menyembunyikan bintang 

Mencairlah embun, menetes dari dedaunan dan ilalang
Terlihat penuh keyakinan kau melangkah datang 

Dari tanganmu kau seduhkanku secangkir kopi 
Serta segenggam inspirasi
Latar belakangmu bukanlah penghalang
Untuk kita berbincang-bincang
Dengan harapan pagi ini dan masa depan panjang
Menjelang hingga batas sisa tulang

Di balik mega ronta masa kecil telah pergi 

Kedewasaan memekarkan melati 
Semerbak harum sari-sari tanpa duri
Mari bersandarlah lelah di pohon tua ini 

Hanya kita dan mentari yang membatasi 
Durasi obrolan penuh harapan pagi ini Seterusnya …
Biar takdir Tuhan melukis semua
s
SAJAK BIRU

Buatlah ini menjadi biru Samudra memerah 

Fitnah penuh darah
Penuh tangis penuh haru

Mawar terbakar
Angin melemparnya ke segala penjuru
Cepat lempar pasir itu
Agar apinya cepat membiru

Biru.....
Ternyata lukamu membiru
Lukaku memburu haru
Dan aku tak mengharapkan seperti  itu
Ku pikir kita sama-sama tahu

Hitam adalah darah kebencian 

Namun biru ternyata lebih kejam 
Lebih kejam daripada kebencian 
Sebab dia membunuh pelan-pelan.

0 komentar:

Post a Comment

Terima Kasih telah berkunjung diblog Kata Estetika ini, silahkan tinggalkan komentar anda,