Beranda Teks Pidato Tata Bahasa Sastra Ceramah Khutbah Arti Kata Puisi

Pidato Menyambut Hari Anak-Anak Nasional

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Bapak-bapak, ibu-ibu dan saudara-saudara yang kami hormati.
Kalau anak merupakan amanta dari Allah yang dititipkan kepada kita, lalu bagaimanakah tanggungjawab kita kepadanya? Apakah Cuma memeliharanya begitu saja tanpa upaya lain? Sungguh tanggungjawab kita kepada anak teramat berat tetapi mulia bila bisa melaksanakannya. Sebab, sebagaimana kita ketahui bahwa anak-anak adalah bunga-bunga bangsa yang pada girilannya akan menjadi generasi penerus, pengganti generasi tua didalam menegakkan negara dan agama. Oleh sebab itu, sebagai orang tua yang bertanggung jawab terhadap anak harus bisa memenuhi dan menyampaikan hak-hak anak sebagaimana mestinya.
Adapun hak-hak anak yang harus dipenuhi antara lain:

1. Mendidik anak dengan baik
Anak jangan sampai dibiarkan berkembang tanpa disertai dengan pendidikan, baik secara formal maupun non formal. Kita sekolahkan mereka di sekolah-sekolah yang di dalamnya diajarkan pula agama Islam. Juga diluar sekolah,anak itu harus dibimbing dan diarahkan menuju kebaikan. Sejak kecil ditanamkan pengertia kepada anak-anak bahwa Tuhan yang wajib disembah adalah Allah, dan Muhammad adalah Rasul Allah yang terakhir. Beliau dilahirkan di Mekah dan di makamkan di Madina. Ajarkan salat kepada anak setelah dia genap berusia tujuh tahun, dan pukullah sebagai pengajaran jika dia meninggalkan salat sementara dia berumur genap sepuluh tahun. Rasulullah Saw. Bersabda:

لَأَنْ يُأَدِّبَ الرَّجُلُ وَلَدَهُ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَتَصَدَّقَ بِصَاعٍ

Artinya: 
“Orang yang mendidik anaknya itu lebih baik baginya daripada ia bersedekah satu sha’ ( beras atau gandum setiap hari).”(HR. Tirmidzi)

2. Memberikan pelajaran budi pekerti yang mulia
Betapa pentingnya budi pekerti yang baik itu bagi seseorang. Jika ada orang ingin dipercaya, dihormati dan berwibawa, maka berbudilah yang baik dan sopan kepada siapa saja yang diajak bergaul. Untuk itu, tugas orang tua kepada anak-anaknya adalah menanamkan budi pekerti yang mulia sejak kecil. Berikan contoh bagaimana semestinya berhadapan dengan orang tua, dengan guru, dengan orang-orang yang lebih tua umurnya daripadanya. Dan bagaimana semestinya bergaul dengan saudara-saudaranya serta dengan teman-temannya. Jangan dibiarkan berlarut-larut anak berbuat kurang ajar. Begitulah tugas orang tua sebagai cerminan rasa kasih sayang kepada anak. Rasulullah Saw. Bersabda:

مَانَحَلَ وَالِدٌ وَلَدًا مِنْ نَحِلٍ أَفْضَلَ مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ

Artinya: 
“Tidak ada pemberian orang tua kepada anak yang lebih utama daripada budi pekerti yang baik.”(HR. Tirmidzi)
3. Mengajarkan kepada anak segala sesuatu yang bisa memberi manfaat kepada agamanya, tanah airnya dan sumber penghidupannya.
Tidak mungkin orang tua akan kuat memegang agamanya kalau dia tadak di didik masalah-masalah agama sejak kecil. Bilamana anak sejak kecil sudah diajari dan dibiasakan menjalankan kewajiban agama, sudah barang tentu dia akan teguh melaksanakan tugas kewajiban agamanya, meskipun dalam keadaan terjepit. Itulah sebabnya maka luqman tidak henti-hentinya menasehati anaknya agar tetap menjalankan salat dan amar ma’ruf nahi munkar. Allah telah berfirman di dalam surat Luqman ayat 17:

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأمُورِ

Artinya: 
“Wahai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah(manusia) mengarjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang munkat dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itutermasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”
Saudara-saudara sebangsa dan setanah air.
Sengaja kami ketengahkan kepada para hadirin mengenai hak-hak anak yang harus kita tunaikan. Karena, pada saat-saat sekarang ini, kita bangsa Indonesia sedang dalam suasana memperingati Hari Anak-anak Nasional yang jatuh pada tanggal 23 Juli. Oleh sebab itu, alangka baiknya jika dalam suasana seperti ini kita lebih meningkatkan rasa tanggung jawab kepada anak. Sebab, kalau tidak demikian, apalagi jika kita sampai melalaikan tugas kewajiban itu, bisa jadi anak akan menjadi bumerang bagi kita sendiri, yang sangat menyusahkan atau menjadi beban berat bagi keluarganya. Dan yang demikian itulah kiranya yang disinggung dalam Al Qur’an bahwa anak itu sebagai fitnah.
Allah berfirman dalam surat Al Anfal ayat 28:

وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
Artinya: 
“Dan ketahuilah, bahwa harta dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.”
Bila kita perhatikan ayat di atas, maka harta kekayaan dan anak itu bisa menjadi fitnah atau cobaan bagi orang tua, jika memang keduanya (harta dan anak) dapat menghambat atau menghalangi  kegiatan dan beribadah kepada Allah. Anak bisa jadi seperti itu kalau orang tuanya tidak memikirkan nasibnya, terutama di dalam masalah pendidikan. Anak itu akan merepotkan kita dan menyusahkan, jika kita sebagai orangtua  tidak memberinya bekal ilmu yang di perolehnya dari pendidikan.
Saudara-saudara yang kami cintai.
Sebagaimana kita ketahui, bahwa anak itu semisal kertas putih yang masih bersih. Terserah pemiliknya mau memberi corak dan warna apa terhadap kertas itu. Sekarang tinggal orang tuanya mau diapakan anak itu. Hal ini pernah diisaratkan oleh Rasulullah Saw. di dalam sabdanya:

مَا مِنْ مَوْلُودٍ اِلاَّ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُـمَجِّسَانِهِ
Artinya: 
“Tidak ada seorang anak pun yang di lahirkan kecuali dia lahir dalam keadaan aslinya (yaitu menetapi fitrah Islam). Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi,Nasrani, atau Majusi.”(Al Hadis)
Saudara-saudara yang kami cintai.
Kasih sayang dan menyayangi anak adalah sifat atau naluri orang tua yang di miliki oleh setiap ibu dan bapak. Tetapi kasih sayang yang hakiki adalah mengasuh dan membimbing anak  hingga menjadi  orang yang pandai, memiliki ilmu pengetahuan yang luas baik dalam masalah agama maupun masalah umum. Mengasihi dan menyayangi anak itu bukan dengan memanjakannya. Justru memanjakan anak adalah langkah yang keliru  karena bisa mengakibatkan anak menjadi bodoh, tidak dapat melaksanakan tugas hidupnya dengan baik.
Rasulullah Saw. Bersabda:

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيْرَنَا وَيُوَقِّرْ كَبِيْرَنَا وَيَأْمُرْ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ

Artinya: 
“Bukanlah termasuk dari golongan kami orang yang tidak menyayangi anak kecil dan tidak menghormati orang tua, serta tidak memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah kemunkaran.”(HR. Ahmad dan Tirmidzi dari Ibnu Abbas)
Juga di dalam Al Qur’an surat An Nisaa’ ayat 9, Allah telah berfirman:

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا
Artinya: 
“Dan hendaknya takut kepada Allah orang-orang yang seandainya  meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”
 Semoga kita dapat menjaga amanat yang diberikan oleh Allah kepada kita. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

0 komentar:

Post a Comment

Terima Kasih telah berkunjung diblog Kata Estetika ini, silahkan tinggalkan komentar anda,