Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Bapak-bapak,ibu-ibu dan saudara-saudara yang kami hormati.
Sebentar lagi kita akan sampai kepada hari yang sangat bersejarah, yaitu hari Pahlawan. Pada hari itu seluruh bangsa Indonesia akan terkenang kembali peristiwa besar sabagai momentum sejarah yang terjadi di Surabaya pada tanggal 10 Nopember 1945. Pertempuran hebat telah terjadi pada saat itu antara para patriot bangsa yang gagah berani melawan tentara sekutu yang diboncengi NICA. Betapapun lengkap senjata sekutu, namun tak sedikit pun bangsa Indonesia merasa takut dan kecil hati. Padahal pada waktu itu senjata yang kita miliki sebagian besar hanyalah bambu runcing. Sedang pihak musuh telah menggunakan senjata-senjata berat dan modern. Akan tetapi dengan bekal semangat yang mengelora serta keyakinan yang kuat, bahwa perang yang mereka lakukan adalah perang salib atau jihad fi sabilillah, maka tak setampaknya mereka mundur bahkan terus maju menantang maut. Mereka berkeyakinan bahwa mati pada saat itu adalah mati syahid, yaitu suatu kematian yang memang sangat diharap-harapkan oleh setiap umat Islam karena pahalanya yang begitu besar. Rasulullah Saw. Bersabda:
مَا أَحَدٌ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ يُحِبُّ أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا وَأَنَّ لَهُ مَا عَلَى الْأَرْضِ مِنْ شَيْءٍ اِلاَّ الشَّهِيدُ فَإِنَّهُ يَتَمَنَّى أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا فَيُقْتَلَ عَشْرَ مَرَّاتٍ لِمَا يَرَى مِنَ الْكَرَامَةِ
Artinya:
“Tidak satu pun orang yang telah masuk surga senang kembali ke dunia walau bagaimanapun besar kekayaannya di dunia, kecuali orang yang mati syahid. Maka sesungguhnya ia mengharapkan kembali ke dunia hingga dibunuh kembali sepuluh kali (dalam perang salib), karena apa yang telah ia lihat dari kehormatannya (kemuliaannya).”(HR. Bukhari dan Muslim)
Begitu besar pahalanya orang yang mati syahid. Sehingga meskipun kelihatannya mati, tetapi sebenarnya mereka hidup di sisi Allah dengan limpahan kebahagiaan yang tiada taranya. Sebagaimana telah disebut di muka bahwa Allah telah berfirman dalam Al Qur’an surat Ali Imran ayat 169 dan ayat 170 yang artinya, “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur dijalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dan mendapatka rezeki. Mereka dalam keadaan genbira disebabkan karunia Allah yang di berikan kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih.”
Saudara-saudara sebangsa dan setanah air.
Kita yakin bahwa para pejuang muslim yang gugur di medan pertempuran di Surabaya tanggal 10 Nopember 1945 melawan tentara sekutu yang angkuh dan angkara murka itu mati syahid. Keyakinan itu kita dasarkan pada fakta bersejarah bahwa semangat juang mereka itu timbul dan menggelora lantaran gema takbir (Allahu Akbar), yang terus didengung-dengungkan oleh Bung Tomo pada waktu itu. Oleh sebab itu, sudah sewajarnya bila kita menghormati jasa mereka dengan memanjatkan doa kepada Allah, agar arwah mereka diterima oleh-Nya dengan kemuliaan yang setinggi-tingginya. Diampuni segala dosa-dosa mereka serta dilimpahkan kepada mereka rahmat yang sebanyak-banyaknya. Sebagaimana janji Allah dalam firman-Nya:
وَفَضَّلَ اللَّهُ الْمُجَاهِدِينَ عَلَى الْقَاعِدِينَ أَجْرًا عَظِيمًا. دَرَجَاتٍ مِنْهُ وَمَغْفِرَةً وَرَحْمَةً وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Artinya: “Dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar. Yaitu beberapa derajat daripada-Nya, ampunan serta rahmat. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Di samping itu perlu kita ketahui bahwa menghormati jasa para pahlawan bukan saja dengan mendoakan mereka. Akan tetapi yang lebih penting lagi ialah meneladani mereka dengan penuh semangat serta meneruskan perjuangan mereka dengan tekad yang bulat. Barangkali mereka akan menyesal bila generasi muda sepeninggal mereka ternyata melempem, lemah dan penakut, tidak berani menegakkan keberanian dan keadilan serta tidak berani menyirnakan kemungkaran.
Saudara-saudara sebangsa dan setanah air.
Bukan bangsa yang besar bilamana kita tidak bisa menghormati para pahlawan yang telah gugur mendahului kita. Keberanian dan tekad mereka kita jadikan cermin pemandu yang dapat membimbing kita menuju kepada keutamaan amal dan semangat untuk berjuang, ber-jihad fi sabilillah dalam usaha membangun negara dan bangsa yangaman, tentram dan sentosa. Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah Saw. Pernah ditanya oleh seorang sahabatnya:
أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟ فَقَالَ: إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ، قِيلَ: ثُمَّ مَاذَا قَالَ: الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قِيلَ: ثُمَّ مَاذَا قَالَ: حَجٌّ مَبْرُورٌ
Artinya:
“Amal apakah yang utama ? Beliau bersabda:Iman kepada Allah dan utusan-Nya. Beliau ditanya lagi: Kemudian apa ? Beliau bersabda: Jihad di jalan Allah. Beliau ditanya: Lalu apa? Beliau bersabda: Haji yang mabrur.”
Saudara-saudara yang kami cintai.
Sesungguhnya berjihad itu memang suatu pekerjaan yang berat. Berjihad dalam bidang apa pun tidak ada yang mudah, kecuali harus dengan keberanian dan tekad yang bulat. Lebih-lebih lagi jihad dalam arti berperang melawan orang kafir demi tegaknya agama Islam dalam suatu pemerintahan, sebagaimana yang pernah dirintis olehRasulllah Saw. Pada waktu beliau memangun negaraIslam di Madinah. Akan tetapi jutru perkara yang berat dan biasa dibenci itu kadang-kadang keadaannya lebih baik. Sebagaimana firman Allah di dalam surat Al Baqarah ayat 216:
Sesungguhnya berjihad itu memang suatu pekerjaan yang berat. Berjihad dalam bidang apa pun tidak ada yang mudah, kecuali harus dengan keberanian dan tekad yang bulat. Lebih-lebih lagi jihad dalam arti berperang melawan orang kafir demi tegaknya agama Islam dalam suatu pemerintahan, sebagaimana yang pernah dirintis olehRasulllah Saw. Pada waktu beliau memangun negaraIslam di Madinah. Akan tetapi jutru perkara yang berat dan biasa dibenci itu kadang-kadang keadaannya lebih baik. Sebagaimana firman Allah di dalam surat Al Baqarah ayat 216:
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ
Artinya:
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamumenyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
Kita tidak menyasingkan kebenaran ayat ini, bahkan yakin sekali atas kebenarannya. Karena itu bagaimanapun beratnya, kewajiban jihad fi sabilillah harus kita laksanakan.
Akhirnya, marilah kita panjatkan doa semoga arwah para pahlawan kita diterima di sisi Allah dengankemuliaan yang setinggi-tingginya. Amalnya diterima sebagai amal saleh yang dapat dijadikan bekal hidup di akhirat. Kemudian, semoga kita dan anak cucu kita bisa mengambil teladannya untuk diamalkan dalam membangun negara yang aman dan sentosa, adil dan makmur serta diridhai oleh Allah. Amin, Allahumma amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Berikut contoh kalimat teks Pidato tentang memperingati Hari Pahlawan, adapun beberapa contoh pidato lainnya bisa anda baca pada artikel yang linnya, sekian dan terima kasih, semoga bermanfaat.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih telah berkunjung diblog Kata Estetika ini, silahkan tinggalkan komentar anda,