Beranda Teks Pidato Tata Bahasa Sastra Ceramah Khutbah Arti Kata Puisi

Pidato Tentang Menyongsong Hari ABRI (TNI)

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Bapak-bapak, ibu-ibu dan saudara-saudara yang kami hormati.
Tanggal 5 Oktober sebentar lagi akan tiba, yaitu hari yang sangat bersejarah, karena pada hari itu di negara kita terbentuk suatu angkatan yang paling menentukan di dalam menjaga dan mengamankan negara, ialah Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Kita peringati hari itu setiap tahun, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah atas pertolongan dan petunjuk-Nya sehingga negara kita tercintai ini memiliki angkatan perang yang kuat dan bersatu menuju kepada satu tujuan nasional, yaitu mencapai negara yang adil dan makmur, aman dan sentosa yang dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia. Inilah tujuan sebagaimana doa Nabi Ibrahim untuk memakmurkan negaranya yang tercantum dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 126:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
Artinya: 
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian.”

Saudara-saudara sebangsa dan setanah air.
Adakah suatu negara yang tanpa tentara? Pasti tidak ada. Semua negara tentu memiliki tentara walaupun lemah. Akan tetapi tidak mungkin di dalam suatu negari terbentuk suatu kesatuan tentara jika rakyatnya tidak menyadari akan pentingnya kesatuan tentara bagi sebuah negara. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami ajak saudara-saudara kaum muslimin untuk ikut membantu terbinanya Tentara Indonesia yang benar-benar tangguh dan canggih, memiliki semangat tinggi dalam perjuangan serta berbudi luhur dan terpuji.

Kiranya tidaklah berlebihan bila kita katakan bahwa para perintis ABRI yang dahulu bernama TKRitu benar-benar memiliki sifat-sifat sebagaimana telah kami sebutkan di atas. Kita sebut Jenderal Soedirman misalnya, beliau benar-benar panglima perang yang patut dicontoh. Dalam biografinya beliau selalu aktif menjalankan salat lima waktu meskipun dalam keadaan genting. Terhadap anak buahnya, beliau pun sangat arif dan bijaksana, sehingga seluruh anak buah beliau sangat mencintai dan menghormatinya. Sifat tanggung jawabnya pun besar, sehingga dalam keadaan sakit parah beliau tetap terjun dalam pertempuran, meskipun para dokter telah menasihatinya agar beristirahat.

Saudara-saudara yang kami cintai.
Apa yang kami utarakan di atas hanyalah contoh, bagaimana mestinya perilaku seorang tentara. Sebagai seorang tentara haruslah memiliki keberanian, pantang mundur di dalam mempertahankan negara, nusa dan bangsa serta agama. Tanamkan dalam hati suatu semboyan, “Hiduplah mulia atau kalau mati, matilah sebagai syuhada”.

Hidup mulia artinya hidup dalam kebebasan, tidak dijajah, ditindas ata diperbudak oleh musuh. Bebas di dalam menjalankan syariat Allah, tanpa dihalang-halangi. Bebas di dalam mengutarakan pendapat tanpa ditakuti-takuti. Jika tidak bisa seperti itu, maka lebih baik mati berkalang tanah sebagai syuhada. Kita kerahkan segala daya dan upaya, baik dengan harta, jiwa maupun raga di dalam jalan Allah.
Allah berfirman di dalam surat At Taubah ayat 41:

انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالا وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللهِ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Artinya: 
“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan atau pun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”
Saudara-saudara sebangsa dan setanah air.
Ayat di atas diturunkan sehubungan dengan persiapan umat Islam di dalam menghadapi perang Tabuk. Di mana pada waktu itu Rasulullah SAW memobilisasi kaum muslimin untuk berperang, masuk menjadi tentara guna menghadapi orang-orang Romawi yang kafir.

Oleh sebab itulah di dalam  ayat lain, yaitu surat Al Anfal 60. Allah berfirman yang artinya: 
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak dianiaya”

Kiranya dengan kesadaran yang tinggi pada waktu itu, seruan Rasulullah SAW mendapat sambutan yang hangat dan gegap gempita. Umat Islam pada waktu itu menjadi insyaf bahwa dengan kekuatan tentara beserta kelengkapannya, musuh-musuh Islam dapat dikalahkan atau diinsyafkan. Sehingga dengan begitu Islam akan jaya dan berwibawa, disegani oleh lawan.

Dalam peristiwa lain, keika Rasulullah SAW membangun pemerintah di Madinah, maka beliau pun mengkoordinir Kaum Anshar dan Kaum Muhajirin untuk menjadi tentara. Kedua golongan itu dipersatukan oleh Rasulullah SAW sebagai saudara yang saling membantu untuk mempertahankan Madinah dari rongrongan kaum Yahudi dan orang-orang kafir Mekah. Usaha Rasulullah SAW itu ternyata membawa manfaat yang besar sekali, sehingga pemerintahan Islam di Madinah menjadi aman dan kuat.
Saudara-saudara yang kami cintai.

Dalam menyongsong hari ABRI ini kita bangsa Indonesia perlu mencontoh dan mengamalkan apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW dalam masalah-masalah ketentaraan. Terutama di dalam menggalang persatuan antara ABRI dan masyarakat. Sebab, sesungguhnya keberhasilan Rasulullah SAW beserta pasukannya antara lain karena dukungan masyarakat pada waktu itu. Di mana-mana mereka mendapatkan sambutan hangat dan dicintai oleh rakyat. Itulah sebenarnya kunci keberhasilan pada zaman Rasulullah SAW yaitu manunggalnya tentara dengan rakyat. Mereka bersatu padu berpegang pada tali Allah. Sebagaimana tersebut dalam firman-Nya :

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا

Artinya: 
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara” (QS. Ali Imran: 103)
Saudara-saudara yang kami cintai.
Sekarang ABRI pun telah berusaha ke arah itu. Berusaha untuk manunggal dengan rakyat, yang kita kenal dengan ABRI masuk desa. Langkah ini adlah suatu upaya agar tidak terjadi jurang pemisah antar tentara dengan rakyat. Mereka bersatu pada, satu derap dan langkah dalam membangun negara Indonesia yang adil dan merata, aman dan sentosa. Hanya saja dalam hal ini supaya benar-benar diperhatikan unsur utama yang paling dominan, ialah persatuan dengan tetap berpegangan pada tali Allah, yaitu agama Islam.
Demikianlah arti kita memperingati hari ABRI. Itulah yang harus tetap kita pegang. Kemudian dalam kesempatan ini pula marilah kita serukan kepada seluruh generasi muda Islam untuk ikut berpartisipasi dalam membina ABRI, sehingga ABRI tetap kuat dan jaya serta selalu berpegang kepada ajaran-ajaran Allah dan Rasul-Nya, taat beribadah dan beramal mulia.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Baca Pula beberapa Contoh Teks Pidato yang lainnya, Pidato Menyongsong HUT Kemerdekaan RI , Pidato Menyongsong Hari Kesaktian Pancasila.. Sekian Semoga Bermanfaat..

0 komentar:

Post a Comment

Terima Kasih telah berkunjung diblog Kata Estetika ini, silahkan tinggalkan komentar anda,