Kata indah akan menisbatkan dengan segala untaian pada obyek yang tepat, karena kata yang indah hanya terbingkis pada persoalan keagunangan, pengelihatan mata bisa saja ada kesalahan untuk menilai harga, tetapi pengelihatan hati bisa terungkap dari bahasa yang mahal inilah estetika sebenarnya murni dan alamiah, seperti kata dalam berbahasa sanjungan pada sosok gadis desa.
GADIS DESA
Gadis desa yang elok dan lugu berjalan di titian sungai sembari membawa minuman untuk sang ayah di kebun. Mudah tersenyum ramah menyapa dia sosok wanita langka tatkala dikota,
Ramuan bahasa santun keluar dari bibir bersuara merdu hanyat terberkata dan ta ada titik teknologi yang menghamiri segala ucapnya.
Kemurnian tanpa fana menjelaskan keagunangan yang menciptanya, dibalut rangkaian tampilan sopan tak semudah mencerca sosok penelihatnya untuk berbuat asta.
Disana ada banyak angin gemuruhnya melebihi badai topan yang menyerang namun gadis desa tetap dalam posisi nyaman tanpa terpaan,
Disana banyak dahaga membelenggu ribuan pada prilaku mereka namun gadis desa hanya tersenyum tunduk pada orang tuanya.
disana banyak terkapar arus keras mengeras otak hingga pada pengerasan hati, gadis desa tetap ramah lembut tanpa keras dan tanpa terlawan keanggunannya.
Kini sosok desa menjadi berwarna cerah seraya tertampak pada embun yang jernih melengkapi pagi,
disana ada hajat dan hasrat memakai segala gadis desa yang dingin tak mau meranjak dengan apa yang disana selalu berusaha ada, mereka yang berari mengejar tanpa lembut gadis desa hanya diam menunggu datang karena jarang dikejar sebab kepolosan yang tak ternilai membuatnya semakin mahal.
Suara gemuruh kicauan burung adalah sambutan keberadaan kealamian desa, tidak seperti disana hanya mempermainkan proses alamiah menjadi sandiwara.
penyanjung datang gadis desa hanya diam bahkan lari untuk mengamankan harkatnya, disana mendekat selalu berbicara seakan memancing.
Kemurnian dari prosesi apa yang dimiliki membuat keindahan tampak dari lenggok bahasa merdu dan tertutupi prilaku penuh dengan estetika.
Kaulah seorang penguat disaat rusaknya estetika itu, hanya kaulah yang mahal dan disana selalu memojokkan bahwa kamu bukan seorang kemerduan alam.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih telah berkunjung diblog Kata Estetika ini, silahkan tinggalkan komentar anda,